Sabtu, 22 Oktober 2011

ISLAM AGAMA DAMAI

Menurut Hujjatul Islam Imam Al Ghazali ra, Amar makruf nahi mungkar (menyeruh kebaikan dan mencegah kemungkaran) adalah puncak tertinggi dari fungsi agama yang diturunkan oleh Allah Swt. sebagai ungkapan cintanya kepada manusia ke muka bumi melalui para nabi dan rasulnya. Lebih lanjut Al Ghazali juga menjelaskan,seandainya amar makruf dan nahi mungkar tesesebut tidak dilaksanakan baik secara ilmiah dan amaliyah,maka niscaya kebodohan dan kesesatan merajalela dimana-mana,dan dunia akan hancur binasa. Tentu saja keadaan buruk ini tidak sejalan dengan misi yang diemban oleh manusi sebagai khalifah Allah yang seharusnya memakmurkan buminya dengan penuh rasa saling cinta dan kasih sayang.

Al qur`an sebagai sumber utama dan otoritatif dalam Islam dengan secara tegas menyebutkan bahwa agama yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Adalah agama “rahmatan lil alamiin.”

Aku tidak mengutusmu ( Muhammad ) kecuali sebagai penyebar kasih sayang bagi alam semesta.(QS.Al –anbiya,107). Fungsi utama khadiran kanjeng nabi Muhammad untuk menebar kasih sayang ini juga secara tegas dikakui oleh beliau dengan pernyataannya :”Aku diutus Allah ke dunia untuk menata akhlaq manusia yang luhur.”

Berangkat dari pemahaman diatas, Amar makruf dan nahi mungkar selain sebagai kewajiban secara syar`i yang harus diemban oleh setiap muslim, kalimat yang sangat popular ditelinga masyarakat itu sesunggguhnya juga merupakan penjelmaan dari rasa cinta atau kasih sayang yang mendalam yang harus dimiliki dan disampaikan dari seorang muslim terhadap saudaranya dengan harapan agar tidak tersesat dan bisa selamat bersama-sama, baik di saat masih hidup di dunia terlebih di akhirat.

Seorang muslim yang tidak mempunyai rasa kasih sayang,sifat rendah hati (tawadlu`) dan empati terhadap orang lain bahkan bersikap sebaliknya seperti: keras, bringas,angkuh dan egois,tentunya dapat dibayangkan sulit untuk dapat melaksanakan tugas mulia tersebut, meski secara lahiriyah tampak begitu bersemangat dan bahkan secara berlebihan merasa melaksanakan tugas amar makruf dan nahi mungkar dengan benar.. Sikap ataupun ucapan kasar yang mengatasnamakan amar makruf dan nahi mungkar sering kali bisa kita temukan dan jumpai dari bahasa para pendakwah yang menyampaikan khutbah di masjid dan tempat umum lainnya.

Meminjam istilah KH.Musthofa Bisri (Gus Mus), mereka gemar menggunakan “bahasa geram” yang menjadi tren di kalangan intelektual dan agamawan saat ini. Khotbah-khotbah keagamaan, ceramah-ceramah,demonstrasi dan makalah-makalah ilmiah dirasa kurang afdol bila tidak disertai dengan dan disarati oleh nada geram dan murka. Bisa jadi khotbah dan ceramah yang mereka sampaikan merupakan gambaran dari letupan semangat yang berlebihan sehingga terkadang mampu menyeret orang lain bertindak bodoh dan brutal mengatas namakan agama sesuai dengan isi khotbah sang khotib.

Banyak para agamawan menyampaikan pesan Amar makruf dan nahi mungkar yang terlalu bersemangat dan kurang dikendalikan oleh akal dan nuraninya,justru terbukti lebih banyak merugikan terutama bagi agama yang diwakilinya.Maka sudah semestinya para agamawan tidak menyampaikan pesan-pesannya memerangi “kemungkaran”secara berlebihan yang sering mengaburkan pikiran jernih yang ingin dikemukakan.

KH.Musthofa bisri menilai,munculnya kegenitan para para ustadz yang notabene merupakan “Orang Pintar Baru” di perkotaan ini seiring dengan munculnya banyak buku,majalah,brosur, dan selebaran yang mengajarkan kegeraman atas nama amar makruf nahi mungkar atau atas nama pemurnian Islam dari unsur bid`ah dan kemusyrikan. Mereka menganggap apa yang dikemukakannya merupakan pendapat final yang sudah pasti benar.Pendapat yang lain pasti salah ,dan yang salah pasti jahannan tempat akhirnya.

Gerakan yang sering dinamakan purifikasi Islam diatas sebagai jantung utama atau ruh wahabisme yang dewasa ini dipandang sebagai inspirasi untuk memunculkan eksklusifisme,radikalisme bahkan terorisme berbasis agama di Indonesia . Pada arus selanjutnya, tidaklah mengherankan jika radikalisme Islam juga telah menjadi bagian potret wajah Islam di Indonesia saat ini, baik itu dimunculkan oleh kelompok wahabi yang masih asli maupun yang sudah termodifikasi oleh baju politik. Target dari gerakan radikalisme tersebut ialah perjuangan untuk mewujudkan khilafah Islam dan sejenisnya. Jika hal ini terjadi,akan sangat membahayakan bagi toleransi dan kerukunan yang sejak lama sudah terbina di jiwa rakyat Indonesia yang dibingkai oleh NKRI dan Pancasila sebagai dasar Negara.

Sebagai anak muslim negeri yang dibesarkan di bumi pertiwi ini,Masih terngiang di telinga kita dengan apa yang diajarkan para guru di sekolah,bahwa negara kita adalah negara yang santun dan beradab. Kalimat itu kini sering kabur dan seakan hanya menjadi selogan dan tulisan di dinding sekolah –sekolah yang tak terurus.Menurut orang-orang pintar, tergerusnya nilai kesantunan itu diakibatkan oleh beberapa faktor,dintaranya adalah faktor ekonomi atau “keyatiman” sosial dan ketertindasan secara politik. Realitas tersebut memang menjadi kewajaran yang tidak bisa dibantah dalam setiap kelompok masyarakat. Namun karena Ummat Islam di Indonesia sudah terlanjur mengklaim diri sebagai umat mayoritas yang katanya mengidolakan Kanjeng nabi Muhammad Saw, tidak seharusnya mempunyai sikap yang tidak santun,kasar,suka mengumpat kelompok lain dan merasa dirinya paling benar,sehingga orang lain yang berbeda sudah barang tentu mendapat predikat sesat dan harus masuk neraka.Padahal junjungan agung kita Nabi Muhammad saw. yang diidolakan adalah sosok pribadi yang tabassum (murah senyum),lemah lembut dan tentu saja tidak berperilaku beringas dan suka mencaci maki orang lain.

Bagi umat Islam, al-khairu kulluhu fittibaa’ir Rasul SAW, yang terbaik dan paling baik adalah mengikuti jejak dan perilaku panutan agung, Nabi Muhammad SAW. Dan ini merupakan perintah Allah. Semua orang Islam, terutama para pemimpinnya, pastilah tahu semata pribadi, jejak-langkah Annabiyul Musthofa Muhamad Saw. Beliau sendiri menyatakan, seperti ditirukan oleh shahabat Jabir r.a,“InnaLlaaha ta’aala lam yab’atsnii muta’annitan...”, Sesungguhnya Allah tidak mengutusku sebagai utusan yang keras dan kaku, tapi sebagai utusan yang memberi pelajaran dan memudahkan.

Sikap lembut dan kasih sayang yang dimiliki Rosulullah jelas disebutkan dalam Al qur`an yang berbunyi.”Maka disebabkan rahmat Tuhanlah,kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar,niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu,maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan” (QS..Ali Imron,3)

Para Ulama` salafussholih menjelaskan, ayat diatas dengan teramat jelas menunjukkan bahwa Allah lah yang menganugerahkan rasa lembut dan kasih sayang pada diri Kanjeng Nabi Muhammad Saw,sekaligus menegaskan bahwa metode mengajak orang lain kepada Islam dengan cara yang kasar dan beringas justeru tidak menghasilkan apa-apa,bahkan berakhir dengan kegagalan. Jika dengan ucapan yang kasar dan perilaku yang beringas tidak diperkenankan oleh Allah menjadi tabiat Nabi muhammad saw.dan seluruh ummatnya, maka justru tidak diperkenankan lagi jika tabiat yang kasar tersebut terwujud dalam tindakan kekerasan secara fisik yang sangat merugikan orang lain.

Islam adalah agama yang dibawah dan diajarkan dengan penuh kedamaian,toleransi,dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta melarang ummatnya bertindak brutal seperti pengrusakan apalagi pembunuhan yang mengatasnamakan jihad fisabilillah. Tidak ada perintah berperang dalam islam kecuali untuk mempertahankan kehormatan agama dan jiwa setelah dipandang ada penindasan yang dilakukan oleh orang lain. Bahkan dalam suasana perang yang sedang berkecamuk sekalipun,Islam melarang ummatnya bertindak gegabah dengan memberikan rambu-rambu dan etika berperang. Di dalam suasana peperangan Islam melarang membunuh wanita,orang yang sudah menyerah,orang tua,anak kecil,tidak boleh merusak tanaman,atau tempat ibadah.Tawanan perang dalam islam juga dijaga dengan baik dan diperlakukan secara manusiawi.

Bukti lain tentang tingginya toleransi umat islam adalah adanya “Piagam Madinah”. Para sejarawan menyebut piagam madinah merupakan perjanjian konstitusional tentang hak-hak asasi manusia yang pertamakali di dunia.Salah satu butir isinya menyatakan “Orang Islam,Yahudi,dan warga madinah yang lain bebas memeluk agama dan keyakinan mereka masing-masing.Mereka dijamin kebebasannya dalam menjalankan ibadahnya.Tak dibenarkan mencampuri urusan agama Orang lain.Orang yahudi menyetujui prjanjian ini berhak mendapat pertolongan dan perlindungan serta tidak diperlakukan secara dzalim.Orang yahudi bagi orang yahudi dan orang Islam bagi orang Islam.bagi mereka yang berbuat dzalim itu akan merugikan diri dan keluarganya .Setiap bentuk penindasan dilarang.Mereka sama-sama wajib mempertahankan negerinya dari serangan musuh”.

Sejalan dengan pesan – pesan kemanusiaan dalam Piagam madinah terebut,Al Ghazali mengatakan bahwa tujuan –tujuan agama (Maqasidus syar`i)adalah kesejahteraan sosial.Kemaslahatan menurut Imam Ghazali mewujudkan tujuan-tujuan agama yang memuat lima bentuk perlindungan .Yaitu perlindungan terhadap agama(Hifzh al din),Jiwa dan tubuh ( hifz al nafs),akal pikiran(hifz al aql),keturunan (hifz al nasl),dan harta benda (hifz al mal). Siapun yang melakukan pelecehan dan tindak kejahatan terhadap kelima hak asasi manusia tersebut tidak bisa diterima, dan Islam memberikan hukuman yang sangat berat terhadap pelakunya. “Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” Al-Maidah: 32

Siapapun yang dapat membaca dengan pikiran cerdas pernyataan-pernyataan teologis di atas niscaya akan mampu menyimpulkan dengan tanpa ragu bahwa teks-teks suci kaum muslimin ini adalah bukti paling nyata dari missi dan doktrin kemanusiaan Islam atau amar makruf nahi mungkar yang anti kekerasan dan penghianatan terhadap hak-hak asai manusia bahkan terhadap hewan sekalipun. Tentu saja kita tidak setuju jika kalimat agung ALLAHU AKBAR itu artinya serbuuu…Wallahu a`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar